ppr-revolution.com – Pada tanggal 19 Juni, kunjungan kenegaraan Presiden Rusia, Vladimir Putin, ke Korea Utara telah menyita perhatian internasional, khususnya dari pemerintah China. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Putin bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dan kedua pemimpin tersebut menandatangani beberapa kesepakatan penting, termasuk sebuah “kemitraan strategis komprehensif”.
Kekhawatiran Beijing
Menurut pandangan Liu Dongshu, asisten profesor dan pengamat politik asal China, Beijing merasa cemas terhadap kesepakatan yang dijalin antara Rusia dan Korea Utara. Liu menyatakan bahwa kesepakatan tersebut berpotensi meningkatkan kapabilitas militer Korea Utara, termasuk dalam pengembangan program nuklir dan rudal. “China berusaha untuk mengatur situasi di Korea Utara agar tidak eskalatif, tetapi juga bersikap hati-hati untuk tidak membiarkan negara tersebut mengalami kejatuhan,” ungkap Liu dalam sebuah wawancara.
Dinamika Hubungan Internasional dan Implikasi Militer
Hubungan yang semakin dekat antara Rusia dan Korea Utara, yang ditandai dengan bantuan militer dari Korea Utara ke Rusia selama konflik dengan Ukraina, telah meningkatkan kekhawatiran di Beijing. Laporan menyebutkan bahwa Korea Utara telah mengirim lebih dari 10.000 kontainer yang berisi 260.000 metrik ton amunisi ke Rusia sejak September tahun lalu, walaupun kedua negara membantah laporan tersebut. Beijing memandang hal ini sebagai risiko yang dapat mengubah keseimbangan kerja sama yang telah lama terjalin dengan Korea Utara.
Konsesi dan Hadiah
Selain penandatanganan kemitraan, Putin memberikan sepasang anjing Pungsan kepada Kim Jong Un, simbol dari penguatan hubungan antar kedua negara. Kunjungan ini juga bertepatan dengan peningkatan ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Edward Howell, dosen politik dari Universitas Oxford, menjelaskan bahwa meskipun kunjungan ini memperkuat hubungan Rusia-Korea Utara, peran China tetap menjadi fokus utama dalam diskusi. “Rusia menyadari bahwa posisi China lebih penting dibandingkan dengan mereka dalam hubungan dengan Korea Utara, terutama dalam konteks geopolitik,” kata Howell.
Ketergantungan dan Pengaruh Geopolitik
Liu menekankan bahwa baik Korea Utara maupun Rusia tidak dapat mengabaikan peran strategis China, mengingat kedua negara tersebut sangat bergantung pada dukungan dari China. Hubungan antara ketiga negara ini telah lama menjadi salah satu pilar utama dalam dinamika kekuatan regional di Asia Timur.
Kunjungan ini menandai titik penting dalam dinamika kekuatan global, menyoroti perubahan dan tantangan dalam hubungan internasional di kawasan Asia Timur.